SEJARAH

1162 0

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya dan tidak melupakan sejarah asal usulnya, inilah yang menjadi dasar bagi kami pemerintah Desa Kadugede berusaha terus menggali, menemukan dan melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah yang berhubungan dengan cikal bakal berdirinya Desa Kadugede dan merupakan tetenger berdirinya Desa Kadugede. Pada jaman penjajahan Jepang Kepala Desa disebut Ngabai, Ngabai inilah bertugas memimpin dan menggerakan roda kedesaan, yang kerjanya hanya sebatas pengawasan ketertiban dan keamanan semata tidak berbentuk pemerintahan seperti sekarang.

KADUGEDE1

Diceritakan pada suatu hari ada seorang petani yang sedang berjalan menuju kehutan, berpakaian pangsi dan beriket, dengan gobang ditengteng dipingganngnya. Petani tersebut kaget sewaktu melintas sungai yang sekarang bernama Sungai Cisanggarung karena dipinggir sungai tersebut ada sebuah duren/kadu yang ukurannya menakjubkan lebih besar dari duren/kadu yang biasa. Duren/kadu tersebut tersangkut disela-sela akar pepohonan yang merimbun dipinggir sungai.

Melihat duren/ kadu yang aneh itu, petani tersebut tidak melanjutkan kehutan melainkan pulang kembali dan memberitahukan kepada warga yang ditemui perihal keberadaan duren/kadu besar tersebut. Sehingga tak ayal lagi yang mendengar berita tersebut merasa penasaran untuk melihat keberadaan duren/kadu dengan ukuran besar tersebut. Dalam sekejap, dari informasi mulut kemulut lokasi dimana adanya duren/kadu besar itu dipenuhi oleh orang-orang yang penasaran ingin membuktikan dan melihat langsung duren/kadu yang diberitakan oleh petani sang penemu.

Saking anehnya tempat tersebut setiap hari dipenuhi oleh warga yang ingin melihat duren / kadu aneh itu. Sehingga dari hari kehari, dari nulut kemulut membuat semakin bertambah warga yang berkumpul melihat duren/kadu ukuran dengan berdecak kagum.

BALE DESA1

Hal ini kedengaran oleh Ngabai, maka diutuslah anak buahnya untuk membawa duren/kadu kerumahnya. Ngabai juga terkesima kaget dan takjub, informasi warga dari mulut kemulut itu ternyata benar duren/kadu itu ukurannya lebih besar dari duren/kadu biasanya. Kemudian duren/kadu tersebut dikupas yang terbagi dalam 7 bagian.

Sejak ditemukan duren/kadu ukuran besar tersebut, daerah itu ramai dikunjungi orang dari berbagai pelosok sehingga oleh warga  di daerah lokasi adanya duren/kadu besar tersebut terkenal dengan nama KADUGEDE.

Sedangkan simbol  7 bagian duren/kadu besar itu diabadikan dengan penamaan 7 blok berdasarkan letak geografis. Nama-nama ketujuh blok tersebut adalah: Blok Bangong, Sindang Ketawang, Garaseah, Cijeuler, Dukuh, Gayam dan Cibogo.

Seiring dengan perubahan jaman, penjajah Jepang kalah perang dan kembali kenegaranya Indonesia memproklamirkan kemerdekaan. Pada era kemerdekaan itulah nama Ngabai diganti menjadi Kuwu dengan merubah secara nasional nama-nama blok tersebut dengan nama-nama dari Bahasa Jawa yakni Manis, Kliwon, Wage, Pahing dan Puhun. Dengan demikian Desa Kadugede yang sedianya meliputi 7 blok diganti dengan 5 Dusun, sehingga ada beberapa blok yang digabung sesuai luas wilayah. Perubahan nama blok tersebut sebagai berikut:

Blok Cijeuler dan Gayam  menjadi Dusun Manis

Blok Dukuh dan Cibogo menjadi Dusun Kliwon

Blok Bangong menjadi Dusun Wage

Blok Garaseah menjadi Dusun Pahing

Blok Sindang Ketawang menjadi Dusun Puhun

Kebudayaan Masyarakat Desa Kadugede yang ada sejak zaman dulu diantaranya; gotong royong, peringatan 7 bulan bagi yang hamil, huap lingkung, sedekah sabumi, Goong Renteng, dll.

 

0 Komentar

PEMERINTAH DESA KADUGEDE

JL. SYECH MANGLAYANG NO. 45 DESA/KECAMATAN KADUGEDE

[email protected]

Ikuti Kami
Berita Populer
Link Terkait

© Pemerintah Desa Kadugede. All Rights Reserved. Powered by easydes.id

Design by HTML Codex

Hubungi kami